Spoiler for Sadahurip:
-----------------------------------------
Sadahurip, Misteri Atlantis Nusantara, atau Sekedar Bukit Tajam Bercuram?
-------------------------------------------------
Sadahurip? Ada apaan dengan Gunung Sadahurip(Bukit sebenarnya)? Nih, bagi yang belum tahu "polemik" piramida Indonesia ini...
VIVAnews - Tim Katastropik Purba menemukan fakta mengagetkan sehubungan dengan misteri piramida Garut, Jawa Barat. Dari hasil penelitian intensif dan uji karbon dipastikan bahwa umur bangunan yang terpendam dalam gunung wilayah Garut lebih tua dari Piramida Giza yang berada di Mesir. Tim Katastropik Purba sebelumnya telah melakukan penelitian intensif atas dugaan adanya bangunan berbentuk piramida di Desa Sadahurip, dekat Wanaraja, Garut, Jawa Barat. “Dari beberapa gunung yang di dalamnya ada bangunan menyerupai piramid, setelah diteliti secara intensif dan uji carbon dating, dipastikan umurnya lebih tua dari Piramida Giza,” terang Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam keterangan tertulis pada 20 November 2011. Sekadar catatan, Piramida Giza selama ini dikenal sebagai piramida tertua dan terbesar dari 3 piramida yang ada di Nekropolis Giza. Piramida ini diyakini sebagai makam Firaun, Dinasti keempat Mesir, Khufu, yang dibangun selama lebih dari 20 tahun pada kurun waktu sekitar tahun 2560 sebelum Masehi. Temuan Mencengangkan Dalam beberapa waktu ke depan, lanjut Andi, Tim Katastropik Purba akan melakukan paparan publik tentang temuan-temuannya tersebut. Tak hanya soal temuan piramida di Garut tersebut, tim ini nantinya juga akan memaparkan temuan istimewa di kawasan Trowulan, Batu Jaya, beberapa lokasi menhir di Sumatera dan lain-lain. “Ada temuan mencengangkan tentang uji carbon dating pada 3 lapis kebudayaan di kawasan Trowulan yang terlanjur kita sebut Majapahit pada zaman sejarah masehi itu. Juga tentang temuan-temuan lapisan sejarah di Lamri, Aceh, dan sekitarnya,” terang Andi. Atas temuan ini, sambungnya, Tim Katastropik Purba akan terus berkoordinasi lintas ilmu kebumian sehubungan dengan temuan-temuan sejarah bencana-bencana lokal dan global untuk dicari mitigasinya. Tim tersebut juga akan terus berkoordinasi dengan bidang kepurbakalaan, antropologi, arkeologi, pakar budaya, ahli sejarah dan lainnya. (ren) |
VIVAnews - Direktorat Jenderal Sejarah dan Kepurbakalaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan, bukan tak mungkin Indonesia memiliki piramida. Sekretaris Ditjen Sejarah dan Kepurbakalaan, Soerosa, menyatakan, pembuktiannya tentu harus dengan eskavasi. "Bukan tak mungkin ada piramida di Garut, karena ada punden berundak dan bangunan di Candi Jiwa," kata Soeroso seperti dalam rilis yang diterima VIVAnews, Minggu 27 November 2011. Candi Jiwa ini sebuah candi di Karawang yang diperkirakan dari abad 4 Masehi. Untuk pembuktian, kata Soeroso, eskavasi harus dilakukan. Tim Katastropik Purba yang selama ini secara informal berkoordinasi, diharapkan segera melengkapi hasil temuannya agar bisa lanjut ke tahap eskavasi dan sudah masuk keterlibatan pemda Garut dan pihak arkeologi. Soeroso menjelaskan, dugaan piramida tertimbun jauh dalam tanah memang kemungkinan besar terjadi. Baru-baru ini pula, di daerah pegunungan Temanggung ditemukan peninggalan candi yang terkubur sedalam 8 meter dari permukaan tanah. "Dari hasil penggalian arkeologi, ditemukan sisa-sisa rumah kayu yang terbakar dan candi akibat letusan gunung berbeda-beda," kata Soeroso. Contoh ini bisa dilihat dari letusan Gunung Merapi terakhir tahun lalu. Banyak debu memasuki candi Prambanan. Dalam kasus Temanggung, candi tertimbun letusan Gunung Sindoro di mana terdapat banyak batu-batu besar yang menutupi candi. Penghancuran candi juga bisa karena peperangan. Bangunan seperti candi juga dihancurkan untuk mencari peripih atau logam-logam mulia. Lalu mengapa candi-candi lebih banyak di Jawa Tengah dan Jawa Timur daripada Jawa Barat? Soeroso berpendapat, ada perbedaan kondisi tanah. Jawa Barat cenderung perbukitan dan dataran tinggi, pola hidup warganya juga berpindah-pindah sehingga tidak sempat membangun. "Kalau pun membangun, bangunannya kecil-kecil." "Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tanahnya tidak berbukit-bukit, masyarakatnya agraris dan menetap, sehingga punya cukup waktu dan mampu membangun candi-candi besar seperti Prambanan dan Borobudur," katanya. |
Yups, Gunung Sadahurip merupakan bukit yang terletak di daerah Garut, dekat Desa Sadahurip tepatnya. Disinyalir, gunung ini menyimpan PIRAMID di dalamnya yang berusia jauh lebih silam ketimbang piramid yang ada di Mesir.
Bikin penasaran memang, belum ada penelitian lebih lanjut maupun eskavasi yang dilakukan pihak pemerintah, mudah-mudahan tidak dijadikan pengalih perhatian publik ama kasus2 negara, yah .
Bikin penasaran memang, belum ada penelitian lebih lanjut maupun eskavasi yang dilakukan pihak pemerintah, mudah-mudahan tidak dijadikan pengalih perhatian publik ama kasus2 negara, yah .
-----------------------------------------------------
Dari Jakarta sampai TKP
-----------------------------------------------------
-----------------------------------------------------
Berawal dari ketertarikan ane akan polemik yang mencuar di media massa tentang bukit piramid ini, ane memutuskan untuk menyelusuri sang Sadahurip ini langsung di TKP. Pas banget liburan kampus kemarin, akhir Desember berangkatlah ane ke sana, Berbekal rasa penasaran yang menari-nari lihai di kepala bak goyangan Rhoma Irama mencari misteri firaun nusantara #ehsalah... Yang pasti, perjalanan dari Jakarta melanglang ke Garut menempuh waktu 6 jam, yups jalanan macet dipenuhi oleh berbondong cucu Adam yang ingin berlibur di Garut. Jadi ane sarankan, Agan/Aganwati yang ingin memijakan kakinya di bukit "firaun" nusantara ini, rencanakan perjalanannya di luar hari-hari libur anak sekolah... Mengenai "HOW TO GET THERE"-nya, well ane kemarin dipandu ama sodara yang orang Garut,jadi langsung standing dan terbang hoho... Tapi, kalau agan berniat travelling sendiri, ane sarankan agan pakai bus Primajas* jurusan Lebak Bulus-Garut. --> Kala agan sampai di terminal Garut, jangan sungkan bertanya, agan tanya angkot-angkot ke arah PASAR SUKAWENING, tanya satpam terminal saja --> Sampai Pasar Sukawening, Agan cari tuh pangkalan ojek dengan plang "Gunung Sadahurip 8 km", untuk mencapai ke TKP cukup menggocek kantong, 20 ribu IDR.. Naaah sepulang dari Sadahurip, sabi tuh gan mampir dan bermalam di Cipanas bentar, jaraknya tak jauh, sekitar 15 km. Berendam di "air panas alam" selepas trekking naik bukit, mantapp, soalnya rute ane kmarin gitu #curhat Ane spent kemarin hanya sekitar 180 ribu.... |
Perjalanan dari pasar sampai Desa Sadahurip memakan waktu sekitar 20 menit, cukup singkat. Jalanannya curam aja #curambangetmah..., pakai kendaraan pribadi roda 4 bisa, tapi Agan harus jamin kekuatan sang mobil menanjak, kalau tidak dijamin bisa meluncur bebas ke bawah. Sesampainya di sana, bettt ane langsung .... Pemandangan bak tiada duanya dan udara segar yang jarang bagi orang Jakarta di sana. Tak heran Garut yang pernah disinggahi Charlie Chaplin ini dijuluki Swiss van Java, juga termasuk wilayah yang dijuluki Atlantis oleh Arysio Santos dalam bukunya. Benar-benar kolaborasi yang pas gan, bukan hanya wisata alam tapi juga wisata "tanda-tanya sejarah" bagi agan-agan yang ingin mencoba menapakan kakinya di Sadahurip kelak. Bak ada rasa penasaran yang muncul apa benar ada"piramid" ciptaan manusia, dicampur rasa kagum akan ciptaan Tuhan. Dari Desa Sadahurip sudah terlihat bukit yang menggelintang berbentuk piramid, gan. Ramainya juga bukan main jika di hari libur, banyak orang yang berkunjung ke sana, sampe-sampe ane ktemu Steve Ewon yang di Global TV, tapi sayang gak sempet foto. Adanya keramaian bombastis tersebut, alhamdullilah jadi penghasilan tambahan buat warga sekitar tuh, Gan. BTW, Agan di sana juga bisa menyewa jasa "guide-tour" yang akan membimbing Agan selama perjalanan sampai puncak, biayanya seikhlasnya bagi mereka, tapi jangan ngerusak harga yah . Jarak yang ditempuh dari Desa Sadahurip sampai puncak bukit tersebut, sekitar 1,5 km. Kalau jalan santai, cuman 2 jam bolak-balik. Di atas sudah bertengger warung, yang menjajakan minum sampai makanan-makanan cemilan bagi para pendaki-pendaki penasaran tersebut. Bagi agan yang ALTOFOBIA, disarankan jangan mendaki bukit SADAHURIP sampai puncak, karena tidak ada pepohonan yang menghalangi penglihatan Agan kiri-kanan. Jadi, ketika agan mendaki dari sisi Desa Sadahurip, jangan kaget bila sebelah kanan agan adalah JURANG TAK BERTEPI. Agan akan disuguhkan pemandangan nan super curam akibat bentuk terjal Bukit Sadahurip. Perkebunan warga, jurang, sungai di bawah, hingga gunung di seberang dengan mudahnya akan terlihat tanpa ada pepohonan yang menghalangi. |
NAH SEKARANG KITA BAHAS ANOMALI BUKIT SADAHURIP INI..
Spoiler for Sadahurip:
Jalan Pendakian
Spoiler for Sadahurip:
Jalan Pendakian
Spoiler for Sadahurip:
Dari Kejauhan
Spoiler for Sadahurip:
Jalur Pendakian, lagi
Spoiler for Sadahurip:
Ini dari Kejauhan
-----------------------------------------------------
Oke, sekarang ane jabarkan beberapa anomali yang bisa dilihat dengan mata telanjang di TKP.
Ane termasuk orang yang demen banget ama yang berbau arkeologis, #sesuatubanget ..Jadi debat sangat diperbolehkan di sini, mengingat kita berbicara kemungkinan (karena belum ada eskavasi yang BERARTI di TKP)...
Spoiler for 1:
Tidak adanya pohon rimbun di sekitar bukit
Di sekitar bukit memang telah dijadikan tempat bercocok tanam oleh warga sekitar. Dengan asumsi, bahwa pepohonan yang rimbun telah ditebas. Itu juga merupakan pikiran saya pertama saya, namun ada yang lain di sini. Dari bagian puncak bukit, bagian lain bukit yang tidak dicocok tanami, sampai kaki bukit, tidak ditemukan pepohonan yang rimbun, dalam artian pepohonan yang besar dan akarnya menembus permukaan tanah sampai dalam. Lumrahnya, walau bukit seharusnya terdapat pepohonan yang rimbun.
Contoh di lapangan, coba Agan tengok Bukit Sadakeling di dekat TKP ketika Agan beranjak dalam perjalanan Sadahurip. Bukit Sadakeling pun memiliki pepohonan yang rimbun memadati tanahnya. Beda dengan Sadahurip yang satu ini.
Hipotesanya, ada lempengan bebatuan yang menutupi Bukit Sadahurip , menghalangi pohon untuk menembus tanah lebih dalam dalam , sehingga terbatas pertumbuhannya.
Di sekitar bukit memang telah dijadikan tempat bercocok tanam oleh warga sekitar. Dengan asumsi, bahwa pepohonan yang rimbun telah ditebas. Itu juga merupakan pikiran saya pertama saya, namun ada yang lain di sini. Dari bagian puncak bukit, bagian lain bukit yang tidak dicocok tanami, sampai kaki bukit, tidak ditemukan pepohonan yang rimbun, dalam artian pepohonan yang besar dan akarnya menembus permukaan tanah sampai dalam. Lumrahnya, walau bukit seharusnya terdapat pepohonan yang rimbun.
Contoh di lapangan, coba Agan tengok Bukit Sadakeling di dekat TKP ketika Agan beranjak dalam perjalanan Sadahurip. Bukit Sadakeling pun memiliki pepohonan yang rimbun memadati tanahnya. Beda dengan Sadahurip yang satu ini.
Hipotesanya, ada lempengan bebatuan yang menutupi Bukit Sadahurip , menghalangi pohon untuk menembus tanah lebih dalam dalam , sehingga terbatas pertumbuhannya.
Spoiler for 2:
Penemuan Bebatuan yang Tidak Wajar Letaknya di Bawah Permukaan Bukit
Seperti yang dilansir dari perkataan Andi Arif, Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, ditemukan bebatuan yang tidak wajar pada bukit tersebut saat timnya melakukan penelitian tentang bencana purba. Tim peneliti Turangga Seta juga menemukan hal yang demikian menarik. Lebih lanjut bisa dilihat di posting pertama.
Atau buka, http://sorot.vivanews.com/news/read/...jejak-piramida , formatnya flash gan.
Seperti yang dilansir dari perkataan Andi Arif, Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, ditemukan bebatuan yang tidak wajar pada bukit tersebut saat timnya melakukan penelitian tentang bencana purba. Tim peneliti Turangga Seta juga menemukan hal yang demikian menarik. Lebih lanjut bisa dilihat di posting pertama.
Atau buka, http://sorot.vivanews.com/news/read/...jejak-piramida , formatnya flash gan.
Spoiler for 3:
Bentuk Piramida Terlihat Menghadap Searah Terbitnya Matahari
Dr. Semir Osmanagic pernah menjelaskan bahwa ciri-ciri piramida adalah setiap sisinya punya arah. Arah salah satu sisi pada sang Sadahurip ini seperti menghadap sejajar dengan terbitnya matahari, sehingga sisi-sisi lain bak sejajar dengan arah mata angin. Keempat sisi dari Sadahurip ini juga beraturan bentuknya. Pembatas antara sisi-sisi tersebut membentuk sebuah tapakan kaki curam layaknya piramid pada umumnya.
Dr. Semir Osmanagic pernah menjelaskan bahwa ciri-ciri piramida adalah setiap sisinya punya arah. Arah salah satu sisi pada sang Sadahurip ini seperti menghadap sejajar dengan terbitnya matahari, sehingga sisi-sisi lain bak sejajar dengan arah mata angin. Keempat sisi dari Sadahurip ini juga beraturan bentuknya. Pembatas antara sisi-sisi tersebut membentuk sebuah tapakan kaki curam layaknya piramid pada umumnya.
Spoiler for 4:
Anggapan warga bahwa Sadahurip merupakan tempat "keramat"
Ada anggapan dari warga sekitar bahwa Sadahurip merupakan tempat keramat. Keramat idak selalu identik dengan sesuatu yang mistis, tapi berarti sesuatu yang berarti atau sesuatu yang sakral bagi warga sekitar.
Sesuatu yang dianggap keramat biasanya merupakan upaya leluhur bagi anak cucunya agar mereka melindungi tempat tersebut.
Sebagai contoh anggapan warga daerah Gunung Padang yang mengeramatkan tempat tersebut, belakangan di abad 20, ditemukan sebuah situs megalitik yang sudah berantakan bentuknya, mungkin karena gempa di masa lampau, terdapat di Gunung Padang. Dipublik oleh arkeolog Belanda, N.J. Krom, 1914.
Ada anggapan dari warga sekitar bahwa Sadahurip merupakan tempat keramat. Keramat idak selalu identik dengan sesuatu yang mistis, tapi berarti sesuatu yang berarti atau sesuatu yang sakral bagi warga sekitar.
Sesuatu yang dianggap keramat biasanya merupakan upaya leluhur bagi anak cucunya agar mereka melindungi tempat tersebut.
Sebagai contoh anggapan warga daerah Gunung Padang yang mengeramatkan tempat tersebut, belakangan di abad 20, ditemukan sebuah situs megalitik yang sudah berantakan bentuknya, mungkin karena gempa di masa lampau, terdapat di Gunung Padang. Dipublik oleh arkeolog Belanda, N.J. Krom, 1914.
0 comments:
Post a Comment